Top
Selasa, 11 Januari 2022 | Parenting

Sejarah Singkat Peringatan "Hari Dharma Samudra" Hari Dharma Samudra diperingati untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Laut Arafuru yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran ini terjadi karena Angkatan Laut Indonesia hendak mempertahankan kedaulatan Papua dari serangan penjajah melalui jalur lautan atau samudra, yang membuat Komodor Yos Sudarso gugur sebagai kusuma bangsa. Hingga saat ini, TNI Angkatan Laut secara rutin melakukan penyisiran di laut, agar wilayah Indonesia tetap aman sentosa. Keadaan Lautan di Indonesia Lautan merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang lebih besar daripada daratan. Lautan bisa menghasilkan garam, batu mutiara, dan aneka ikan. Keindahan alam, khususnya pantai dan terumbu karang serta kehidupan aneka flora-fauna bisa musnah bila kita tidak tidak bisa menjaga kebersihan lautan. Bahaya Sampah Plastik Plastik adalah salah satu sampah yang paling berbahaya bagi kelestarian samudra di masa kini. Karena plastik membutuhkan waktu 20-450 tahun agar bisa terurai. Apalagi penggunaan plastik di Indonesia termasuk tinggi. Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga kelestarian samudra? Mari ajarkan hal-hal sederhana ini kepada generasi bangsa! 1. Mengurangi Penggunaan Plastik Saat mengajak anak jajan atau belanja, bawalah tas atau kantong belanja. Hal ini bermanfaat agar sampah plastik tidak menumpuk di rumah Anda. Bila belanjaan sangat banyak, Anda bisa meminta kardus sebagai pembungkusnya.2. Memisahkan Sampah Organik dan Anorganik Sebelum meminta anak memisahkan sampah, edukasi tentang pengertian dan contoh sampah organik dan anorganik perlu diajarkan kepada anak-anak. Setelah itu, sediakan minimal 2 tempat sampah untuk sampah yang berbeda, yaitu sampah organik (untuk kertas, kulit buah, rautan pensil, dan lainnya) dan sampah anorganik (untuk plastik, botol kaca, dan lainnya). 3. Membuang Sampah pada Tempatnya Tidak hanya di rumah, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu diterapkan di mana saja. Ingatkan kepada anak, bahwa membuag sampah sembarangan, apalagi di sungai, bisa memicu bencana banjir, pencemaran air, dan merusak samudra. 4. Manfaatkan Limbah Plastik secara Kreatif Limbah plastik yang masih bersih atau yang sudah dibersihkan bisa dimanfaatkan untuk membuat produk atau kreasi lainnya, misalnya: a. pot bunga berbahan botol plastik. b. ember berbahan kaleng plastik cat rumah. c. kantong sampah berbahan tas plastik d. dan lain-lain. Selain menjaga keamanan dan kedaulatan samudra Indonesia, salah satu kegiatan Bapak-Bapak TNI AL adalah membersihkan sampah di lautan nusantara. Mengajarkan anak Indonesia sikap peduli akan kebersihan lingkungan, pasti akan membantu tugas para pahlawan samudra Indonesia. Semoga lautan Indonesia tetap bersih dan aman sentosa. Selamat Hari Dharma Samudra!

Senin, 10 Januari 2022 | Parenting

Saat anak berada di sekolah, guru akan selalu memperhatikan setiap anak didiknya, agar patuh pada protokol kesehatan. Namun sepulang sekolah, biasanya segala protokol kesehatan seakan-akan terlupakan. Ini dia kebiasan-kebiasaan yang perlu menjadi perhatian, serta tak boleh diabaikan. 1. Melakukan Kontak Fisik dengan Penjemput Bersalaman, bergandengan, atau berpelukan adalah kebiasaan yang sering dilakukan, bila yang menjemput adalah orang tua. Menyentuh bagian wajah sebaiknya tidak dilakukan juga. Kontak fisik secara tidak langsung juga perlu dihindari, misalnya dengan membawakan tas anak dan benda lainnya. Bila memang harus membantu membawakan barang sang anak, jangan lupa menyemprot tangan dengan handsanitizer segera. 2. Mampir-mampir Sebelum pandemi, biasanya banyak orang tua mengajak anak berbelanja, makan siang, atau pergi ke tempat lain yang diminati. Selama pandemi sebaiknya kebiasaan ini dihindari. Bila hendak pergi ke suatu tempat, sebaiknya pulang dulu dan selepas anak bersih-bersih diri. 3. Lupa Cuci Tangan, Cuci Kaki, dan Mandi Saat perjalanan pulang dari sekolah menuju ke rumah, sebaiknya anak diingatkan untuk melakukan protokol kesehatan setelah sampai di rumah kediaman. Bila belum sempat mandi, cuci tangan dan kaki adalah hal yang tak boleh dilupakan. Hindari bersalaman atau berpelukan saat berpapasan dengan orang-orang kesayangan, sebelum anak membersihkan anggota badan. 4. Tidak Menggosok Gigi Profesor Martin Addy, mengatakan pasta gigi mengandung zat yang hampir sama dengan hand sanitizer dan dapat bertidak sebagai "perisai" selama tiga jam setelah digunakan. Sebaiknya, sebelum berangkat ke sekolah atau pun sepulang sekolah, mintalah anak menggosok giginya. Hal ini penting, agar mulut dan droplet tidak menjadi sarana penyebaran virus yang berbahaya. 5. Lupa Waktu Istirahat Kegiatan belajar mengajar di sekolah kadang cukup melelahkan. Sepulang sekolah, sebaiknya orang tua meminta anak untuk tidur untuk menjaga kebugaran dan kesehatan badan. Aneka virus mudah menyerang anak saat ia dalam kondisi kelelahan. 6. Abai dalam Melakukan Sterilisasi Barang Bawaan Ada banyak barang yang dibawa anak saat pergi belajar di sekolah. Jangan lupa untuk melakukan sterilisasi barang bawaan anak. Semprotlah tas, alat tulis, botol minum dan benda lainnya dengan larutan disinfektan. Cucilah baju seragam dan masker kain setelah selesai dikenakan. Buanglah masker "sekali pakai" ke tempat sampah, jangan ditaruh sembarangan.

Minggu, 09 Januari 2022 | Parenting

Meski pandemi belum berlalu, beberapa kota sudah memberikan kelonggaran aturan kunjungan ke mall. Anak berusia di bawah 12 tahun sudah diizinkan memasuki mall di berbagai wilayah. Walau beberapa anak di bawah usia 12 tahun sudah menerima vaksin, namun tidak berarti bisa sebebas seperti sebelum masa pandemi. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan, khususnya bagi orang tua, agar buah hatinya tetap sehat dan aman saat mengunjungi mall. 1. Pendampingan Orang Tua atau Orang Dewasa Namanya juga anak-anak, pasti masih suka berjalan kian kemari, sentuh itu dan ini. Arti jaga jarak, kadang juga belum dipahami. Masker yang seharusnya menutup mulut dan hidung, bisa turun atau lepas tanpa disadari. Inilah peran orang tua atau orang dewasa yang bertugas mendampingi, harus selalu mengingatkan dan menasihati. 2. Vaksinasi bagi Pendamping Anak Agar anak-anak lebih aman, akan lebih baik jika pendamping anak sudah mengikuti vaksinasi. Jangan sampai abai, jangan sampai justru pendamping anak malah menjadi orang yang terinfeksi.Beberapa mall juga sudah menggunakan aplikasi PeduliLindungi, yang bisa mendeteksi seseorang apakah ia sudah ikut vaksinasi. 3. Taat Protokol Kesehatan Sebelum berangkat ke mall, akan lebih baik bila mengingatkan anak tentang protokol kesehatan. Karena kalau sudah di mall, biasanya anak lebih susah mendengarkan. Ingatkan pentingnya patuh 5M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjauhi Kerumunan, Menjaga Jarak, dan Mengurangi Mobilitas atau Gerakan). 4. Masker Ganda Lebih baik mencegah daripada mengobati. Mengenakan masker ganda, sangat menjadi rekomendasi. Selain agar lebih virus masuk ke tubuh sang buah hati, masker ganda juga mencegah masker yang melorot tanpa disadari. 5. Efisiensi Waktu saat di Mall Sebelum pergi ke mall, akan lebih baik bila sudah membuat perencanaan tentang tempat yang akan dikunjungi dan apa saja yang akan dibeli nantinya. Penggunaan masker ganda yang terlalu lama juga tidak baik untuk anak-anak, karena bisa berpotensi meimbulkan sesak napas atau sakit kepala. Lama waktu kunjungan anak ke mall kurang lebih adalah 1 jam saja. 6. Sepulang dari Mall, Harus Melakukan Apa? Sepulang dari Mall mintalah anak untuk mandi, keramas, dan gosok gigi. Hindari kontak fisik dengan anggota keluarga di rumah, sebelum membersihkan diri. Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi serta minuman bernutrisi sangat disarankan, agar tubuh bugar, sehat, dan memiliki daya tahan yang mumpuni.

Kamis, 06 Januari 2022 | Parenting

Kemunculan aneka macam aplikasi dan platform yang menampilakn video atau gambar sangat mempengaruhi dunia hiburan di tanah air kita. Masyarakat yang dulu harus menyesuaikan waktu untuk bisa menikmati suatu program acara yang disuka, kini bisa bebas mencari konten sesuai dengan selera.  Hanya mengetik "kata kunci" pada kolom "search engine", maka akan muncul konten-konten yang diminati dengan segera. Bahkan media sosial tertentu seakan-akan bisa membaca pikiran, dengan munculnya video atau gambar yang kita suka, di kolom beranda media sosial kita. Padahal apa yang orang dewasa suka, belum tentu sama dengan apa yang layak dikonsumsi anak usia belia. Bagaimana cara melindungi anak agar jiwa mereka bisa tumbuhsesuai dengan perkembangan usianya? 1. Pisahkan Perangkat Komunikasi Anak dan Orang Tua Hal ini sangat bermanfaat agar anak secara tidak sengaja, mengonsumsi konten-konten yang kurang sesuai dengan perkembangannya. Sediakan handphone atau laptop yang secara khusus digunakan oleh anak, untuk mereka belajar, bermain game, dan mengakses film yang disuka serta sesuai usia. 2. Proteksi Anak dengan Layanan Akses Terbatas Banyak situs dan platform menyediakan layanan ramah anak, "Youtube for Kids" adalah contohnya. Gunakanlah layanan ini pada handphone atau laptop yang biasa dipakai anak Anda. Bila tidak ada layanan "ramah anak" dalam suatu platform terutama media sosial, gunakanlah pilihan "sembunyikan", "berhenti mengikuti", atau "laporkan" bila muncul konten-konten yang tidak layak dikonsumsi anak usia dini. Secara otomatis, konten-konten serupa tidak akan muncul di beranda media sosial pada perangkat yang biasa digunakan anak di kemudian hari. 3. Mengenalkan Bagian Tubuh yang Privasi dan Cara Melindungi Bagian tubuh yang privasi adalah bagian tubuh yang ditutupi oleh pakaian, termasuk bagian wajah. Bagian tubuh tersebut tidak boleh disentuh oleh orang lain apalagi orang asing yang pura-pura ramah. Ajarkan pada anak untuk berkata "tidak", sikap menghindar, atau berteriak minta tolong,saat ada seseorang yang memaksakan kehendak, atau saat anak merasa dirinya terancam dan lengah. 4. Ajarkan Cara Mencegah "Bullying" atau Intimidasi Di zaman moderen, bullying bisa terjadi di dunia nyata mau pun di dunia maya. Korban "bullying" biasanya adalah anak yang terlihat rendah diri atau memiliki suatu kelemahan dalam dirinya. Bekali anak dengan rasa percaya diri yang tinggi dengan mengajari anak bersosialisasi, mengikuti kompetisi, atau bergabung dalam komunitas yang baik serta terpercaya. Bila ia merasa di-"bully" dan kurang memiliki keberanian, ajarkan anak sikap terbuka dan meminta perlindungan dari orang yang dipercaya, misalnya guru, saudara atau orang tua. Bagaimana pun tali kasih anak dan orang tua adalah yang utama. Salah satu cara menjaga tali kasih anak dan orang tua adalah dengan komunikasi yang dipupuk dengan kebersamaan dan perhatian-perhatian sederhana, dan diungkapkan dalam perilaku dan kata-kata. Orang Tua harus peka bila dalam diri atau perilaku anak terjadi perubahan.Agar ada keterbukaan, komunikasi inilah yang menjadi jembatan.